02/03/09

♥ Mencintai Tanpa Syarat

MAMPUKAH KITA MENCINTAI TANPA SYARAT

> Based on True Story..
>
> Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja
> bahkan sudah mendekati malam,pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi
> dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua. mereka
> menikah sudah lebih 32 tahun

> Mereka dikarunia 4 orang anak disinilah awal cobaan menerpa,setelah
> istrinya melahirkan anak ke empat tiba2 kakinya lumpuh dan tidak bisa
> digerakkan itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh
> tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang lidahnyapun sudah
> tidak bisa digerakkan lagi.
>
> Setiap hari pak suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan
> mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia
> letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian.
>
> Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya
> tersenyum, untunglah tempat usaha pak suyatno tidak begitu jauh dari
> rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan
> siang. sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan
> selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan
> apa2 saja yg dia alami seharian.
>
> Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, pak
> suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap
> berangkat tidur.
>
> Rutinitas ini dilakukan pak suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar
> dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka,
> sekarang anak2 mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yg masih kuliah.
>
> Pada suatu hari ke empat anak suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka
> sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah sudah
> tinggal dengan keluarga masing2 dan pak suyatno memutuskan ibu mereka dia yg
> merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya berhasil.
>
> Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata " Pak kami ingin sekali merawat ibu



, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan



keluar dari bibir bapak.........bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu" .
>
> dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata2nya "sudah yg keempat
> kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya,

· kapan bapak menikmati masa tua bapak
· dengan berkorban seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji kami akan
> merawat ibu sebaik-baik secara bergantian".
>
> Pak suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak diduga anak2 mereka."
> Anak2ku ......... Jikalau perkawinan & hidup didunia ini hanya untuk nafsu,
> mungkin bapak akan menikah......tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian
> disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian..
> sejenak kerongkongannya tersekat,... kalian yg selalu kurindukan hadir
> didunia ini dengan penuh cinta yg tidak satupun dapat menghargai dengan
> apapun. coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti Ini.

Ø kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia
> meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang,
kalian menginginkan bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain,
bagaimana dengan ibumu yg masih sakit."
Sejenak meledaklah tangis anak2 pak suyatno

Ø merekapun melihat butiran2 kecil jatuh dipelupuk mata ibu suyatno..
Ø dengan pilu ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu..
Ø Sampailah akhirnya pak suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta
> untuk menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan pertanyaan kepada suyatno
kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa2..

disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di studio
kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru disitulah pak Suyatno bercerita.
> "Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya,
> tetapi tidak mau memberi ( memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian ) adalah kesia-siaan.
Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya,
> dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya,
mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata,
dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu2..

> Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama..dan itu
> merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk
> mencintainya apa adanya. sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya
> apalagi dia sakit,,,"

♥ Benang Yang Ruwet




Ketika aku masih kecil, waktu itu ibuku
sedang menyulam sehelai kain. Aku yang
sedang bermain di lantai, melihat ke
atas dan bertanya, apa yang ia lakukan.
Ia menerangkan bahwa ia sedang menyulam
sesuatu diatas sehelai kain. Tetapi aku
memberitahu kepadanya, bahwa yang aku
lihat dari bawah adalah benang ruwet.

Ibu dengan tersenyum memandangiku dan
berkata dengan lembut, "Anakku,
lanjutkanlah permainanmu, sementara ibu
menyelesaikan sulaman ini, nanti setelah
selesai, engkau akan kupanggil dan
kududukkan di atas pangkuan ibu dan kamu
dapat melihat sulaman ini dari atas".

Aku heran mengapa ibu menggunakan benang
hitam dan putih begitu semrawut menurut
pandanganku.

Beberapa saat kemudian aku mendengar
suara ibu memanggil, "Anakku, mari
kesini dan duduklah di pangkuan ibu".

Waktu aku lakukan itu, aku heran dan
kagum melihat bunga-bunga yang indah,
dengan latar belakang pemandangan
matahari yang sedang terbit, sungguh
indah sekali. Aku hampir tidak percaya
melihatnya, karena dari bawah yang aku
lihat hanyalah benang-benang yang ruwet.

Kemudian ibu berkata, "Anakku, dari
bawah memang nampak ruwet dan kacau,
tetapi engkau tidak menyadari bahwa di
atas kain ini sudah ada gambar yang
direncanakan, sebuah pola, ibu hanya
mengikutinya. Sekarang, dengan
melihatnya dari atas engkau dapat
melihat keindahan dari apa yang ibu
lakukan".

Sering selama bertahun-tahun, kita
melihat ke atas dan bertanya kepada
Allah Bapa, "Bapa, apa yang Engkau
lakukan?".


..~Benang yang Ruwet~..

Ia menjawab, "Aku sedang menyulam
kehidupanmu".

Dan aku membantah, "Tetapi nampaknya
hidup ini ruwet, benang-benangnya banyak
yang hitam, mengapa tidak semuanya
memakai warna yang cerah?".

Kemudian Bapa menjawab, "Anakku, kamu
teruskan pekerjaanmu, dan Aku juga
menyelesaikan pekerjaanKu di bumi ini,
satu saat nanti aku akan memanggilmu ke
surga dan mendudukkan kamu di pangkuanKu
dan kamu akan melihat rencanaKu yang
indah dari sisiKu".

Sebab Aku ini mengetahui
rancangan-rancangan apa yang ada padaKu
mengenai kamu, demikianlah Firman Tuhan,
yaitu rancangan damai sejahtera dan
bukan rancangan kecelakaan, untuk
memberikan kepadamu hari depan yang
penuh harapan". (Yer 29 : 11)


♥ When God Make Women




Ketika TUHAN Menciptakan wanita ,
DIA lembur pada hari ke-6.
Malaikat datang dan bertanya " Mengapa
Begitu lama TUHAN? TUHAN
menjawab "Sudah kah engkau liat semua
detail yg AKU buat untuk menciptakan
mereka?"

2 tangan ini harus bisa dibersihkan,
tetapi bahannya bukan dr
plastik.Setidaknya terdiri dari 200
bagian, yang bisa digerakkan dan
berfungsi baik untuk segala jenis
makanan.Mampu menjaga banyak anak saat
bersamaan,punya pelukan yang dapat
menyembuhkan sakit hati dan
keterpurukan. .dan semua dilakukannya
dengan 2 tangan ini.

Malaikat itu Takjub.." Hanya dengan 2
tangan?...impossible!!

Oh...Tidak!! AKU akan menyelesaikan
ciptaan hari ini,karena ini adalah
ciptaan favoritKU.
"Oh ya...dia juga akan mampu
menyembuhkan dirinya sendiri dan bisa
bekerja selama 18 jam sehari.

Malaikat mendekat dan mengamati bentuk
wanita ciptaan TUHAN itu.
"Tapi Engkau membuatnya begitu Lembut
TUHAN?"

"Yah...Aku membuatnya begitu
lembut,tapi engkau belum bisa
bayangkan kekuatan yang AKu berikan
agar mereka dapat mengatasi banyak hal
yang luar biasa?"

"Dia bisa berpikir?" tanya malaikat

TUHAN menjawab: " Tak hanya
berpikir,dia mampu bernegoisasi."

Malaikat itu menyentuh dagunya. . .
" TUHAN ENGKAU buat ciptaan ini
kelihatnya lelah dan rapuh! Seolah
terlalu banyak beban baginya."

" Itu bukan lelah atau rapuh....itu AIR
MATA".
"Untuk apa?"tanya malaikat

Tuhan melanjukan : " AIR MATA adalah
salah satu cara dia mengekspresikan
kegembiraan, kegalauan, Cinta,
kesepian, penderitaan dan kebahagian

" ENGKAU memikirkan segala
sesuatunya.Wanita ciptaanMU ini akan
sungguh menakjubkan!"

YA Mesti. . . !
Wanita ini akan mempunyai kekuatan
mempesona bagi laki-laki.

Dia dapat mengatasi beban bahkan laki-
laki Dia Mampu menyimpan kebahagian dan
pendapatnya sendiri.

Dia mampu tersenyum bahkan saat hatinya
menjerit.Mampu menyanyi saat menangis,
menagis saat terharu, terharu saat
tertawa, bahkan tertawa saat ketakutan.

Dia berkorban demi orang yang
dicintainya.Dia tidak menolak kalo
melihat yang lebih baik.Dia
menerjunkan dirinya untuk
keluarganya.Dia membawa temannya yang
sakit untuk berobat.

- CINTANYA TANPA SYARAT -

Dia menangis saat melihat anaknya
adalah pemenang.Dia girang dan
bersorak saat melihat temannya
tertawa.Dia begitu bahagia mendengar
kelahiran.Hatinya begitu sedih saat
mendengar berita sakit dan kematian
Tetapi dia selalu punya kekuatan untuk
mengatasi hidup, dia tahu bahwa sebuah
ciuman dan pelukan dapat menyembuhkan
luka.

♥ Tempayan Yang Retak

Tempayan Yang Retak




Seorang tukang air India memiliki dua tempayan besar, Masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan, Yang dibawa menyilang pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak, Sedangkan tempayan yang satunya lagi tidak. Jika tempayan yang tidak retak itu selalu dapat membawa air penuh setelah perjalanan panjang Dari mata air ke rumah majikannya, Tempayan itu hanya dapat membawa air setengah penuh. Selama dua tahun, hal ini terjadi setiap hari. Si tukang air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya.



Tentu saja si tempayan yang tidak retak merasa bangga akan prestasinya, Karena dapat menunaikan tugasnya dengan sempurna. Namun si tempayan retak yang malang itu merasa malu sekali akan ketidaksempurnaannya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberikan setengah dari porsi yang seharusnya dapat diberikannnya.



Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, Tempayan retak itu berkata kepada si tukang air, "Saya sungguh malu pada diri saya sendiri, dan saya ingin mohon maaf kepadamu." "Kenapa?" tanya si tukang air, "Kenapa kamu merasa malu?" "Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa karena adanya retakan pada sisi saya telah membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Karena cacatku itu, saya telah membuatmu rugi." Kata tempayan itu. Si tukang air merasa kasihan pada si tempayan retak, Dan dalam belas kasihannya, ia berkata, "Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan."



Benar, ketika mereka naik ke bukit, Si tempayan retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan, Dan itu membuatnya sedikit terhibur. Namun pada akhir perjalanan, Ia kembali sedih karena separuh air yang dibawanya telah bocor, dan kembali tempayan retak itu meminta maaf pada si tukang air atas kegagalannya. Si tukang air berkata kepada tempayan itu, "Apakah kamu memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan yang lain yang tidak retak itu. Itu karena aku selalu menyadari akan cacatmu dan aku memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu, Dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, Kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun ini aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk menghias meja majikan kita. Tanpa kamu sebagaimana kamu ada, Majikan kita tak akan dapat menghias Rumahnya seindah sekarang."



Setiap dari kita memiliki cacat dan kekurangan kita sendiri. Kita semua adalah tempayan retak. Namun jika kita mau, Tuhan akan menggunakan kekurangan kita Untuk menghias-Nya. Di mata Tuhan yang bijaksana, Tak ada yang terbuang percuma. Jangan takut akan kekuranganmu. Kenalilah kelemahanmu dan kamu pun Dapat menjadi sarana keindahan Tuhan. Ketahuilah, di dalam kelemahan kita, Kita menemukan kekuatan kita....


♥ Lepaskan Kepalanmu




LEPASKAN KEPALANMU



Di suatu hutan hiduplah sekelompok monyet. Pada suatu hari, tatkala mereka tengah bermain, tampak oleh mereka sebuah toples kaca berleher panjang dan sempit yang bagian bawahnya tertanam di tanah. Di dasar toples itu ada kacang yang sudah dibubuhi dengan aroma yang disukai monyet. Rupanya toples itu adalah perangkap yang ditaruh di sana oleh seorang pemburu.



Salah seekor monyet muda mendekat dan memasukkan tangannya ke dalam toples untuk mengambil kacang-kacang tersebut. Akan tetapi tangannya yang terkepal menggenggam kacang tidak dapat dikeluarkan dari sana karena kepalan tangannya lebih besar daripada ukuran leher toples itu. Monyet ini meronta-ronta untuk mengeluarkan tangannya itu, namun tetap saja gagal.



Seekor monyet tua menasihati monyet muda itu: "Lepaskanlah kepalanmu atas kacang-kacang itu! Engkau akan bebas dengan mudah!" Namun monyet muda itu tidak mengindahkan anjuran tersebut, tetap saja ia bersikeras menggenggam kacang itu. Beberapa saat kemudian, sang pemburu datang dari kejauhan. Sang

monyet tua kembali meneriakkan nasihatnya: "Lepaskanlah kepalanmu sekarang juga agar engkau bebas!" Monyet muda itu ketakutan, namun tetap saja ia bersikeras untuk mengambil kacang itu. Akhirnya, ia tertangkap oleh sang pemburu.



Demikianlah, kadang kita juga sering mencengkeram dan tidak rela melepaskan hal-hal yang sepatutnya kita lepaskan: kemarahan, kebencian, iri hati, ketamakan, dan sebagainya. Apabila kita tetap tak bersedia melepas, tatkala kematian datang "menangkap" kita, semuanya akan terlambat sudah.



Bukankah lebih mudah jika kita melepaskan setiap masalah yang lampau, dan menatap hari esok dengan lebih cerah? Bukankah dunia akan menjadi lebih indah jika kita bisa melepaskan "kepalan" kita dan membagi kebahagiaan dengan orang lain?



IRI TIADA HENTI



Ada seorang pemotong batu yang melihat seorang kaya. Iri dengan kekayaan orang itu, tiba-tiba ia berubah menjadi orang kaya.



Ketika ia sedang bepergian dengan keretanya, ia harus memberi jalan kepada seorang pejabat. Iri dengan status pejabat itu, tiba-tiba ia berubah menjadi seorang pejabat.



Ketika ia meneruskan perjalanannya, ia merasakan panas terik matahari. Iri dengan kehebatan matahari, tiba-tiba ia berubah menjadi matahari.



Ketika ia sedang bersinar terang, sebuah awan hitam menyelimutinya. Iri dengan selubung awan, tiba-tiba ia berubah menjadi awan.



Ketika ia sedang berarak di langit, angin menyapunya. Iri dengan kekuatan angin, tiba-tiba ia berubah menjadi angin.



Ketika ia sedang berhembus, ia tak kuasa menembus gunung. Iri dengan kegagahan gunung, tiba-tiba ia berubah menjadi gunung.



Ketika ia sedang bertengger, ia melihat ada orang yang memecahnya. Iri dengan orang itu, tiba-tiba ia terbangun sebagai pemotong batu.



Ternyata itu semua hanya mimpi si pemotong batu.



Karena kita semua saling terkait dan saling tergantung, tidak ada yang betul-betul lebih tinggi atau lebih rendah. Kehidupan ini baik-baik saja kok. sampai Kamu mulai membanding-bandingkan. Kata Sang Guru: "Rasa berkecukupan adalah kekayaaan terbesar." Pengejaran keuntungan, ketenaran, pujian, dan kesenangan bersifat tiada akhir karena roda kehidupan terus berputar, silih berganti dengan kerugian, ketidaktenaran, celaan, dan penderitaan. Inilah delapan kondisi duniawi yang senantiasa mengombang-ambingkan kita sepanjang hidup.



Kebahagiaan terletak pada kemampuan untuk mengembangkan pikiran dengan seimbang, tidak melekat terhadap delapan kondisi duniawi. Boleh-boleh saja kita menjadi kaya dan terkenal, namun orang bijaksana akan hidup tanpa kemelekatan terhadap delapan kondisi duniawi. Kebahagiaan sejati tidaklah terkondisi oleh apa pun.



BESOK KAN BISA



Hiduplah seorang anak dalam keluarga yang harmonis. Seperti umumnya anak-anak yang lain, dia menganggap kebersamaan dengan keluarganya adalah sesuatu yang wajar saja. Dia terus bermain, mengusili adik-kakaknya, membuat masalah bagi orang lain. Ketika ia menyadari kesalahannya dan mau minta maaf, dia selalu berpikir, "Tidak apa-apa. Besok kan bisa."



Ketika agak besar, sekolah sangat menyenangkan baginya. Dia belajar, mendapat teman, dan sangat gembira. Semua begitu saja dijalaninya, dia anggap semua sudah sewajarnya. Suatu hari, dia berkelahi dengan teman baiknya. Walaupun dia tahu itu salah, tapi dia tidak mengambil inisiatif untuk berbaikan dengan temannya, "Biar saja. Besok kan bisa."



Ketika dia menginjak dewasa, dia masih sering melihat teman lamanya, tapi mereka tidak pernah saling tegur. Itu bukan masalah karena dia masih punya banyak teman lain. Dia dan teman-teman barunya melakukan segala sesuatu bersama-sama, bermain, mengerjakan PR, dan jalan-jalan. Ya, mereka semua adalah teman-temannya yang paling baik.



Setelah lulus, kerja membuatnya sibuk. Dia begitu sibuk mengejar karier agar dipromosikan dalam waktu sesingkat mungkin. Tentu, dia rindu juga untuk bertemu teman-temannya, namun dia tidak pernah lagi menghubungi mereka, bahkan lewat telepon. Ini tidak terlalu mengganggunya karena dia punya banyak teman sekerja yang selalu mau diajak keluar. Dia selalu berkata, "Ah, belum sempat. Besok kan bisa."



Waktu berlalu. Dia bertemu seorang cewek yang jelita dan baik hati. Cewek ini kemudian bersedia dipinangnya. Setelah menikah dan punya anak, dia bekerja lebih keras agar dalam membahagiakan keluarganya. Karena kesibukannya, dia tidak pernah lagi membeli bunga untuk istrinya, ataupun mengingat hari ulang tahun istrinya dan hari pernikahan mereka. Itu tidak jadi masalah karena istrinya penuh pengertian dan tidak pernah menyalahkannya.



Kadang-kadang dia merasa bersalah juga dan ingin mengatakan kepada istrinya, "Aku sayang kamu," tapi dia tidak pernah melakukannya. Pikirnya, "Nggak buru-buru kok. Besok kan bisa." Dia tidak pernah sempat datang ke pesta ulang tahun anak-anaknya, tetapi dia tidak tahu ini akan berpengaruh pada anak-anaknya. Anak-anak mulai menjauhinya dan tidak pernah benar-benar melewatkan waktu dengan ayahnya.



Suatu hari, kemalangan datang, istrinya tewas dalam kecelakaan. Ketika kejadian itu terjadi, dia sedang rapat. Dia tidak sadar bahwa itu kecelakaan yang fatal, dia baru datang saat istrinya akan dijemput maut. Sebelum ia sempat berkata, "Aku sayang kamu," istrinya keburu meninggal. Laki-laki itu remuk hatinya dan mencoba menghibur diri melalui anak-anaknya sepeninggal sang istri.



Dia baru sadar bahwa anak-anaknya enggan berkomunikasi dengannya. Segera, anak-anaknya dewasa dan membangun keluarga masing-masing. Tidak ada yang peduli dengan orang tua ini, yang pada masa lalunya jarang meluangkan waktunya untuk mereka. Saat mulai renta, dia pindah ke rumah jompo yang terbaik. Dia menggunakan uang yang semula disimpannya untuk perayaan ulang tahun pernikahan emasnya. Sejak itu hanya ada orang-orang jompo lain dan

perawat di sekitarnya. Kini dia merasa sangat kesepian, suatu perasaan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya! Duuuh...



Saat dia akan meninggal, dia memanggil seorang perawat dan mengatakan, "Andai saja aku menyadari semua ini dari dulu...." Perlahan ia menghembuskan napas terakhirnya, dia meninggal dengan linangan air mata di pipinya.



Ehm..., waktu itu tidak pernah berhenti. Kamu terus berlari dan berlari, sebelum benar-benar menyadari bahwa Kamu ternyata telah berlari terlalu jauh...



Jika Kamu pernah bertengkar, segeralah berbaikan.....



Jika Kamu kangen dengan suara teman, angkat telepon segera....



Terakhir, tapi ini yang paling penting, jika Kamu merasa ingin bilang kepada seseorang bahwa Kamu menyayanginya, jangan tunda sampai besok....



Jika Kamu selalu berpikir bahwa "besok kan bisa", besok itu tak akan pernah tiba!



Sampai suatu hari Kamu sadari bahwa mungkin segala sesuatunya sudah terlambat....


♥ Pita Kuning




Ikatkan Sehelai Pita Kuning Bagiku...



Pada tahun 1971 surat kabar New York Post menulis

kisah nyata tentang seorang pria yang hidup di sebuah kota kecil di White Oak,Georgia, Amerika. Pria ini menikahi seorang wanita yang cantik dan baik, sayangnya dia tidak pernah menghargai istrinya. Dia tidak menjadi seorang suami dan ayah yang baik. Dia sering pulang malam-malam dalam keadaan mabuk, lalu memukuli anak dan isterinya.



Satu malam dia memutuskan untuk mengadu nasib ke kota besar, New York. Dia mencuri uang tabungan isterinya, lalu dia naik bis menuju ke utara, ke kota besar, ke kehidupan yang baru.



Bersama-sama beberapa temannya dia memulai bisnis baru. Untuk beberapa saat dia menikmati hidupnya. Sex, gambling, drug. Dia menikmati semuanya. Bulan berlalu. Tahun berlalu. Bisnisnya gagal, dan ia mulai kekurangan uang. Lalu dia mulai terlibat dalam perbuatan kriminal.



Ia menulis cek palsu dan menggunakannya untuk menipu uang orang. Akhirnya pada suatu saat naas, dia tertangkap. Polisi menjebloskannya ke dalam penjara, dan pengadilan menghukum dia tiga tahun penjara. Menjelang akhir masa penjaranya, dia mulai merindukan rumahnya. Dia merindukan istrinya. Dia rindu keluarganya. Akhirnya dia memutuskan untuk menulis surat kepada istrinya, untuk menceritakan betapa menyesalnya dia. Bahwa dia masih mencintai isteri dan anak-anaknya.



Dia berharap dia masih boleh kembali. Namun dia juga mengerti bahwa mungkin sekarang sudah terlambat, oleh karena itu ia mengakhiri suratnya dengan menulis, "Sayang, engkau tidak perlu menunggu aku. Namun jika engkau masih ada perasaan padaku, maukah kau nyatakan? Jika kau masih mau aku kembali padamu, ikatkanlah sehelai pita kuning bagiku, pada satu-satunya pohon beringin yang berada di pusat kota. Apabila aku lewat dan tidak menemukan sehelai pita kuning, tidak apa-apa. Aku akan tahu dan mengerti. Aku tidak akan turun dari bis, dan akan terus menuju Miami. Dan aku berjanji aku tidak akan pernah lagi menganggu engkau dan anak-anak seumur hidupku."



Akhirnya hari pelepasannya tiba. Dia sangat gelisah. Dia tidak menerima surat balasan dari isterinya. Dia tidak tahu apakah isterinya menerima suratnya atau sekalipun dia membaca suratnya, apakah dia mau mengampuninya? Dia naik bis menuju Miami, Florida, yang melewati kampung halamannya, White Oak. Dia sangat sangat gugup.



Seisi bis mendengar ceritanya, dan mereka meminta kepada sopir bus itu, "Tolong, pas lewat White Oak, jalan pelan- pelan...kita mesti lihat apa yang akan terjadi..." Hatinya berdebar-debar saat bis mendekati pusat kota White Oak.



Dia tidak berani mengangkat kepalanya. Keringat dingin mengucur deras. Akhirnya dia melihat pohon itu.

Air mata menetas di matanya...

Dia tidak melihat sehelai pita kuning...

Tidak ada sehelai pita kuning....

Tidak ada sehelai......

Melainkan ada seratus helai pita-pita kuning....bergantungan di pohon beringin itu...Ooh...seluruh pohon itu dipenuhi pita kuning...!!!!!!!!!!!!



Kisah nyata ini menjadi lagu hits nomor satu pada tahun 1973 di Amerika. Sang sopir langsung menelpon surat kabar dan menceritakan kisah ini. Seorang penulis lagu menuliskan kisah ini menjadi lagu, "Tie a Yellow Ribbon Around the Old Oak Tree", dan ketika album ini di-rilis pada bulan Februari 1973, langsung menjadi hits pada bulan April 1973.



I'm coming home I've done my time

And I have to know what is or isn't mine

If you received my letter

Telling you I'd soon be free

Then you'd know just what to do

If you still want me

If you still want me

Oh tie a yellow ribbon

'Round the old oak tree

It's been three long years

Do you still want me

If I don't see a yellow ribbon

'Round the old oak tree

I'll stay on the bus, forget about us

Put the blame on me

If I don't see a yellow ribbon

'Round the old oak tree

Bus driver please look for me

'Cause I couldn't bare to see what I might see

I'm really still in prison

And my love she holds the key

A simple yellow ribbon's all I need to set me free

I wrote and told her please

Oh tie a yellow ribbon

'Round the old oak tree

It's been three long years

Do you still want me

If I don't see a yellow ribbon

'Round the old oak tree

I'll stay on the bus, forget about us

Put the blame on me

If I don't see a yellow ribbon

'Round the old oak tree

Now the whole damn bus is cheering

And I can't believe I see

A hundred yellow ribbons

'Round the old, the old oak tree

Tie a ribbon 'round the old oak tree

Tie a ribbon 'round the old oak tree

Tie a ribbon 'round the old oak tree

Tie a ribbon 'round the old oak tree

Tie a ribbon 'round the old oak tree

Tie a ribbon 'round the old oak tree

Tie a ribbon 'round the old oak tree

Tie a ribbon 'round the old oak tree