28/02/09

♥ Berjalan dengan keong




Tuhan memberiku sebuah tugas, yaitu membawa keong jalan-jalan.

Aku tak dapat jalan terlalu cepat, keong sudah berusaha keras merangkak. Setiap kali hanya beralih sedemikian sedikit.



Aku mendesak, menghardik, memarahinya, Keong memandangku dengan pandangan meminta-maaf, serasa berkata : "aku sudah berusaha dengan segenap tenaga !"

Aku menariknya, menyeret, bahkan menendangnya, keong terluka. Ia mengucurkan keringat, nafas tersengal-sengal, merangkak ke depan.

Sungguh aneh, mengapa Tuhan memintaku mengajak seekor keong berjalan-jalan.



Ya Tuhan! Mengapa ? Langit sunyi-senyap. Biarkan saja keong merangkak didepan, aku kesal dibelakang. Pelankan langkah, tenangkan hati....



Oh? Tiba-tiba tercium aroma bunga, ternyata ini adalah sebuah taman bunga.

Aku rasakan hembusan sepoi angin, ternyata angin malam demikian lembut.

Ada lagi! Aku dengar suara kicau burung, suara dengung cacing.

Aku lihat langit penuh bintang cemerlang.

Oh? Mengapa dulu tidak rasakan semua ini ?

Barulah aku teringat, Mungkin aku telah salah menduga!



Ternyata Tuhan meminta keong menuntunku jalan-jalan sehingga aku dapat mamahami dan merasakan keindahan taman ini yang tak pernah kualami kalo aku berjalan sendiri dengan cepatnya.



"He's here and with me for a reason"



Saat bertemu dengan orang yang benar-benar engkau kasihi,

Haruslah berusaha memperoleh kesempatan untuk bersamanya seumur hidupmu.

Karena ketika dia telah pergi, segalanya telah terlambat.



Saat bertemu teman yang dapat dipercaya, rukunlah bersamanya.

Karena seumur hidup manusia, teman sejati tak mudah ditemukan.



Saat bertemu penolongmu,

Ingat untuk bersyukur padanya.

Karena ialah yang mengubah hidupmu



Saat bertemu orang yang pernah kau cintai,

Ingatlah dengan tersenyum untuk berterima-kasih .

Karena ia lah orang yang membuatmu lebih mengerti tentang kasih.



Saat bertemu orang yang pernah kau benci,

Sapalah dengan tersenyum.

Karena ia membuatmu semakin teguh / kuat.



Saat bertemu orang yang pernah mengkhianatimu,

Baik-baiklah berbincanglah dengannya.

Karena jika bukan karena dia, hari ini engkau tak memahami dunia ini.



Saat bertemu orang yang pernah diam-diam kau cintai,

Berkatilah dia.

Karena saat kau mencintainya, bukankah berharap ia bahagia ?



Saat bertemu orang yang tergesa-gesa meninggalkanmu,

Berterima-kasihlah bahwa ia pernah ada dalam hidupmu.

Karena ia adalah bagian dari nostalgiamu



Saat bertemu orang yang pernah salah-paham padamu,

Gunakan saat tersebut untuk menjelaskannaya.

Karena engkau mungkin hanya punya satu kesempatan itu saja untuk menjelaskan.



Saat bertemu orang yang saat ini menemanimu seumur hidup,

Berterima-kasihlah sepenuhnya bahwa ia mencintaimu.

Karena saat ini kalian mendapatkan kebahagiaan dan cinta sejati..



♥ Cinta di hari tua



Cinta di Hari Tua
5 Mar 07 06:52 WIB

Oleh Sakti Wibowo

Saat itu saya dalam perjalanan pulang kampung. Karena trayek bis hanya
sampai kota Ngadirojo, sebuah kota kecil sekitar dua puluh kilo dari
tempat tinggal saya, saya harus nyambung angkutan lokal dari Ngadirojo ke
Baturetno.

Matahari belum sempurna terbit saat saya memutuskan memilih sebuah
minibus, berbaur dengan para pedagang kerupuk, serabi, tempe, bahkan
kambing dan ayam. Untuk kambing, jelas tempatnya terpisah, ditempatkan di
bagasi. Sementara, beberapa keranjang berisi ayam yang tak berhenti
berkeciap berikut bau kotorannya yang memengapkan ruangan minibus, tumpang
tindih dengan kardus-kardus berisi kerupuk dan makanan ringan lainnya,
menjejali pintu utama.



Setelah minibus berjalan sekitar lima belas menit, dua orang penumpang
naik. Seorang nenek tua yang terlihat sedang sakit, berjalan dengan
menggunakan tongkat bambu wulung yang dipotong seadanya. Melihat warna
mengilap di bagian pegangan tongkat, saya menyimpulkan bahwa tongkat itu
telah cukup lama dipakai sehingga meninggalkan bekas yang khas. Seorang
kakek di belakangnya. Tak kalah renta. Saya menaksir usianya sekitar awal
delapan puluhan.



Minibus penuh sesak. Tak ada bangku kosong. Sang nenek tertatih-tatih saat
menaiki minibus. Bahkan, sang kondektur harus mengangkatnya dengan susah
payah, sementara si kakek menyusul di belakangnya, membantu sang kondektur
kendati saya yakin, bantuan tenaga si kakek tidak berpengaruh apa-apa,
malah mungkin justru merepotkan. Saya tawarkan tempat duduk saya kepada si
nenek, namun ia ragu-ragu. Hanya senyuman saya merasa senyum ini begitu
sedap dan ikhlas yang dihadiahkannya. Saya mencoba meyakinkannya. Silakan,
Mbah! Saya nggak apa-apa, kok, berdiri.

Masih dengan ragu-ragu, si nenek kemudian bercerita bahwa ia hendak
periksa ke Dokter ,seorang dokter yang cukup terkenal di Baturetno.
Ketika sekali lagi saya menawarkan bangku dengan bergegas berdiri, ia
menatap kedua kakinya yang terlihat kaku. Saya tidak bisa duduk, katanya.
Boleh untuk si Mbah saja? ia menunjuk sang kakek.

Tentu saja, saya mengangguk, mempersilakan duduk sang kakek. Dan, setelah
itu, yang saya lihat adalah hal yang sungguh dramatis. Sang nenek, karena
kedua kakinya tidak bisa ditekuk, ternyata memang benar tidak bisa duduk
dengan wajar. Suaminyalah yang duduk, dan setengah memangku isterinya itu
dengan penuh kasih. Sebelah tangan renta keriputnya yang tak bisa
menyembunyikan gemetar berpegangan pada sandaran bangku, sedangkan sebelah
lagi melingkar di tubuh renta
isterinya. Sedangkan sang nenek, berpegangan pada pundak lelakinya.

Saya tak tahu pasti apa yang lintas dalam pikiran masing-masing. Yang saya
lihat hanyalah ?kesempurnaan cinta seorang manusia.
Saya begitu terharu dan merasa tak akan mampu menaksir kedalaman cinta
keduanya. Cinta yang bertahan hingga di usia senja. Saya hanya sanggup
mereka-reka dialog seperti apa yang layak untuk adegan semenakjubkan ini.
Begini: Si lelaki, dengan bahu kokoh dan lengannya yang perkasa,
menawarkan rasa aman kepada isterinya. Tenanglah, Sayang, tidak akan ada
hal buruk yang akan terjadi. Kau akan aman berada di sampingku.

Sementara si wanita, dengan kepasrahan seorang isteri, menyandarkan
kepalanya di dada bidang itu, Bawalah aku ke mana kau pergi, Kekasih!
Sebab aku tahu, kaulah waliku di akhirat nanti. bawalah, dan aku akan
serta. Tak peduli sakit ini. Tak usah khawatir, sebab aku tak
mengeluhkannya.
Bukankah kita hanya semata berusaha mencari kesembuhan-Nya...

* *
Saya masih melihat dan tak ingin melewatkannya saat sang kakek menuntun
isterinya menyeberang jalan. Ya, sementara banyak pasangan yang cintanya
meredup saat memasuki usia kepala lima, atau malah jauh sebelumnya. Saya
teringat bagaimana banyak pasangan, di hari tuanya memilih hidup terpisah.
Bukan bercerai. Sang ibu mengikut tinggal di rumah anaknya, sedang si
kakek di rumah anaknya yang lain. Kalaupun ada yang lebih harmonis dari
itu, tetap saja saya akan begitu sulit mendapatkan sepasang kakek-nenek
membahasakan cinta dengan begitu romantis. Sayang, saya lupa tidak
menanyakan nama keduanya.


♥ Did I marry the right person




" Did I Marry The Right Person? "


Cerita di bawah ini sangat bagus, bagi yang masih single maupun yang sudah menikah. Bagi mereka yang masih single bisa mengambil pelajaran dari cerita ini, dan bagi yang sudah menikah cerita ini bisa jadi guideline untuk meningkatkan ikatan pernikahan yang udah dijalani.

"Apakah saya menikah dengan orang yang tepat?"

Dalam sebuah seminar rumah tangga, seseorang audience tiba-tiba melontarkan pertanyaan yang sangat lumrah, "Bagaimana saya tahu kalo saya menikah dengan orang yang tepat?" Saya melihat ada seorang lelaki bertubuh besar duduk di sebelahnya jadi saya menjawab "Ya.. tergantung. Apakah pria disebelah anda itu suami anda?"

Dengan sangat serius dia balik bertanya "Bagaimana anda tahu?!"
"Biarkan saya jawab pertanyaan yang sangat membebani ini."

Inilah jawabannya…
SETIAP ikatan memiliki siklus.Pada saat-saat awal sebuah hubungan, anda merasakan jatuh cinta dengan pasangan anda. Telpon darinya selalu ditunggu-tunggu, begitu merindukan belaian sayangnya, dan begitu menyukai perubahan sikap-sikapnya yang bersemangat begitu menyenangkan.

Jatuh cinta kepada pasangan bukanlah hal yang sulit. Jatuh cinta merupakan hal yang sangat alami dan pengalaman yang begitu spontan. Nggak perlu berbuat apapun. Makanya dikatakan "jatuh" cinta…

Orang yang sedang kasmaran kadang mengatakan "aku mabuk cinta". Bayangkan ekspresi tersebut! Seakan-akan anda sedang berdiri tanpa melakukan apapun lalu tiba-tiba sesuatu datang dan terjadi begitu saja pada anda. Jatuh cinta itu mudah. Sesuatu yang pasif dan spontan. Tapi…setelah beberapa tahun perkawinan, gempita cinta itu pun akan pudar. Perubahan ini merupakan siklus alamiah dan terjadi pada SEMUA ikatan. Perlahan tapi pasti.. telpon darinya menjadi hal yang merepotkan, belaiannya nggak selalu diharapkan dan sikap-sikapnya yang besemangat bukannya jadi hal yang manis tapi malah nambahin penat yang ada.

Gejala-gejala pada tahapan ini bervariasi pada masing-masing individu. Namun bila anda memikirkan tentang rumah tangga anda, anda akan mendapati perbedaaan yang dramatis antara tahap awal ikatan, pada saat anda jatuh cinta, dengan kepenatan-kepenatan bahkan kemarahan pada tahapan-tahapan selanjutnya.

Dan pada situasi inilah pertanyaan "Did I marry the right person?" mulai muncul, baik dari anda atau dari pasangan anda, atau dari keduanya.. Nah Lho!

Dan ketika anda maupun pasangan anda mencoba merefleksikan eforia cinta yang pernah terjadi, anda mungkin mulai berhasrat menyelami eforia-eforia cinta itu dengan orang lain. Dan ketika pernikahan itu akhirnya kanda. Masing-masing sibuk menyalahkan pasangannya atas ketidakbahagiaan itu dan mencari pelampiasan di luar. Berbagai macam cara, bentuk dan ukuran untuk pelampiasan ini, menginkari kesetiaan merupakan hal yang paling jelas. Sebagian orang memilih untuk menyibukan diri dengan pekerjaannya, hobinya, pertemanannya, nonton TV hingga merasa bosan, ataupun hal-hal yang menyolok lainnya.

Tapi tahu tidak?! Bahwa jawaban atas dilema ini tidak ada di luar, justru jawaban ini hanya ada di dalam pernikahan itu sendiri. Selingkuh?? Ya mungkin itu jawabannya. Saya tidak mengatakan kalau anda tidak boleh ataupun tidak bisa selingkuh. Anda bisa! Bisa saja ataupun boleh saja anda selingkuh dan pada saat itu anda akan merasa lebih baik. Tapi itu bersifat temporer, karena setelah beberapa tahun anda akan mengalami kondisi yang sama (seperti sebelumnya pada perkawinan anda).

Karena (pahamilah dengan seksama hal ini)
KUNCI SUKSES PERNIKAHAN BUKANLAH MENEMUKAN ORANG YANG TEPAT, NAMUN KUNCINYA ADALAH BAGAIMANA BELAJAR MENCINTAI ORANG YANG ANDA TEMUKAN, DAN TERUS MENERUS..!

Cinta bukanlah hal yang PASIF ataupun pengalaman yang spontan. Cinta TIDAK AKAN PERNAH begitu saja terjadi. Kita tidak akan bisa MENEMUKAN cinta yang selamanya, tapi kita harus MENGUSAHAKANNYA dari hari ke hari.

Benar juga ungkapan "diperbudak cinta" Karena cinta itu BUTUH waktu, usaha, dan energi. Dan yang paling penting, cinta itu butuh sikap BIJAK. Kita harus tahu benar APA YANG HARUS DILAKUKAN agar rumah tangga berjalan dengan baik. Jangan membuat kesalahan untuk hal yang satu ini. Cinta bukanlah MISTERI.

Ada beberapa hal spesifik yang bisa dilakukan (dengan ataupun tanpa pasangan anda) agar rumah tangga berjalan lancar. Sama halnya dengan hukum alam pada ilmu físika (seperti gaya Gravitasi), dalam suatu ikatan rumah tangga juga ada hukumnya. Sama halnya dengan diet yang tepat dan olahraga yang benar dapat membuat tubuh kita lebih kuat. Beberapa kebiasaan dalam hubungan rumah tangga juga DAPAT membuat rumah tangga itu lebih kuat. Ini merupakan reaksi sebab akibat. Jika kita tahu dan mau menerapkan hukum-hukum tersebut, tentulah kita bisa "MEMBUAT" cinta bukan "JATUH". Karena cinta dalam pernikahan sesungguhnya merupakan sebuah DECISION, dan bukan cuma PERASAAN..!

Kita ada di dunia bukan untuk mencari seseorang yang sempurna untuk dicintai TETAPI untuk belajar mencintai orang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna.


♥ Kearifan Emas






Seorang pemuda mendatangi Zun-Nun dan bertanya, "Guru, saya tak mengerti mengapa orang seperti Anda mesti berpakaian apa adanya, amat sangat sederhana. Bukankah di masa seperti ini berpakaian sebaik-baiknya amat perlu, bukan hanya untuk penampilan melainkan juga untuk banyak tujuan lain."

Sang sufi hanya tersenyum. Ia lalu melepaskan cincin dari salah satu jarinya, lalu berkata, "Sobat muda, akan kujawab pertanyaanmu, tetapi lebih dahulu lakukan satu hal untukku. Ambillah cincin ini dan bawalah ke pasar di seberang sana. Bisakah kamu menjualnya seharga satu keping emas?"

Melihat cincin Zun-Nun yang kotor, pemuda tadi merasa ragu, "Satu keping emas? Saya tidak yakin cincin ini bisa dijual seharga itu."

"Cobalah dulu, sobat muda. Siapa tahu kamu berhasil."

Pemuda itu pun bergegas ke pasar. Ia menawarkan cincin itu kepada pedagang kain, pedagang sayur, penjual daging dan ikan, serta kepada yang lainnya. Ternyata, tak seorang pun berani membeli seharga satu keping emas. Mereka menawarnya hanya satu keping perak. Tentu saja, pemuda itu tak berani menjualnya dengan harga satu keping perak. Ia kembali ke padepokan Zun-Nun dan melapor, "Guru, tak seorang pun berani menawar lebih dari satu keping perak."

Zun-Nun, sambil tetap tersenyum arif, berkata, "Sekarang pergilah kamu ke toko emas di belakang jalan ini. Coba perlihatkan kepada pemilik toko atau tukang emas di sana. Jangan buka harga, dengarkan saja bagaimana ia memberikan penilaian." Pemuda itu pun pergi ke toko emas yang dimaksud. Ia kembali kepada Zun-Nun dengan raut wajah yang lain. Ia kemudian melapor, "Guru, ternyata para pedagang di pasar tidak tahu nilai sesungguhnya dari cincin ini. Pedagang emas menawarnya dengan harga seribu keping emas. Rupanya nilai cincin ini seribu kali lebih tinggi daripada yang ditawar oleh para pedagang di pasar."

Zun-Nun tersenyum simpul sambil berujar lirih, "Itulah jawaban atas pertanyaanmu tadi sobat muda. Seseorang tak bisa dinilai dari pakaiannya. Hanya "para pedagang sayur, ikan dan daging di pasar" yang menilai demikian. Namun tidak bagi "pedagang emas". "Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya bisa dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat ke kedalaman jiwa. Diperlukan kearifan untuk menjenguknya. Dan itu butuh proses, wahai sobat mudaku. Kita tak bisa menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengar dan lihat sekilas. Seringkali yang disangka emas ternyata loyang dan yang kita lihat sebagai loyang ternyata emas."






"Kamu tidak akan dapat mengendalikan perbuatan orang lain, tetapi kamu dapat mengendalikan reaksi mentalmu terhadap perbuatan mereka itu & itulah yang terpenting bagi kamu"




♥ Efek Kata Positif









Salam Damai,

Sebaiknya kita semua mulai mengendalikan Kata-kata yang keluar dari mulut kita dengan Kata-Kata yang Positif dan Baik.

Setelah mendengarkan info tentang pengaruh Kata-Kata Negatif terhadap Air yang ditulis dalam buku “ The Hidden Messages in Water “ karya Masaru Emoto dan pada halaman 31 buku tersebut disebutkan tentang banyaknya orang yg melakukan percobaan, sayapun tertarik untuk melakukannya sbb:

1. Tempatkan Nasi sisa yg sdh didiamkan semalaman kedalam 2 toples dgn jumlah yg sama, kemudian ditutup rapat.
2. Masing-masing toples di tempelin label yg berisi kata2 sbb:
3. Toples A : “ Kamu Pintar, Cerdas, Cantik, Baik, Rajin, Sabar, Aku Sayang Padamu, Aku Senang Sekali Melihatmu, Aku Ingin Selalu di dekatmu, I LOVE YOU, Terima Kasih.
4. Toples B : “ Kamu Bodoh, Goblok, Jelek, Jahat, Malas, Pemarah, Aku Benci Melihatmu, Aku Sebel Tidak mau dekat dekat kamu “
5. Botol 2 ini saya letakkan terpisah dan pada tempat yg sering dilihat, saya pesan pada istri, anak, dan pembantu untuk membaca label pada botol tersebut setiap kali melihat botol2 tersebut.
6. Dan inilah yang terjadi pada nasi tersebut setelah 1 minggu kemudian :













Nasi dalam botol yg di bacakan kata-kata Negatif ternyata cepat sekali berubah menjadi busuk dan berwarna hitam dgn bau yg tidak sedap..

Sedangkan Nasi dalam botol yg di bacakan kata-kata Positif masih berwarna putih kekuningan dan baunya harum seperti ragi.

Nah Silahkan teman-teman mencobanya sendiri.

Kalau di buku di katakan ada yg mencoba dgn tiga botol dimana botol ketiga tidak di beri label apa2 alias diabaikan / tidak diperdulikan, dan ternyat beras dlm botol yg diabaikan membusuk jauh lebih cepat dibandingkan botol yg dipapar kata “ Kamu Bodoh”.

Bayangkan apa yang akan terjadi dengan anak-anak kita, pasangan hidup kita, rekan-rekan kerja kita, dan orang-orang disekeliling kita, bahkan binatang dan tumbuhan disekeliling kita pun akan merasakan efek yang ditimbulkan dari getaran-getaran yg berasal dari pikiran, dan ucapan yang kita lontarkan setiap saat kepada mereka.

Maka sebaiknya selalulah sadar dan bijaksana dalam memillih kata-kata yg akan keluar dari mulut kita, demikian juga kendalikanlah pikiran-pikiran yg timbul dalam batin kita.

Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semua.

Note : jika anda merasa tulisan ini bermanfaat utk orang lainnya silahkan forward sebanyak2nya kepada rekan2 anda, semoga dapat menimbulkan hal yg bermanfaat buat mereka. Terima kasih.





♥ Kekuatan Memberi






"Rahasia kemakmuran adalah kedermawanan, karena dengan membagi kepada orang lain, hal baik yang akan diberikan dalam kehidupan kita, bahkan berkelimpahan." -- J. Donald Walters

KISAH nyata ini keluar dari mulut Sang Dokter. Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai dokter mata ini membuka prakteknya di bilangan Rawamangun, Jakarta Timur. Selain itu, ia juga melayani konsultasi masalah keluarga, termasuk masalah spiritual. Tanpa dipungut biaya, alias gratis. Sang dokter menolak dengan halus setiap pemberian uang sebagai imbalan jasa konsultasi. Ia malah menyarankan agar uangnya diberikan kepada mereka yang benar-benar membutuhkannya, seperti yayasan yatim piatu.

Suatu hari, sang dokter kedatangan tamu seorang ibu beserta putranya yang telah menginjak usia paruh baya. Sang anak dalam keadaan lumpuh kakinya, sehingga ia harus berada di kursi roda. Maksud kedatangan mereka sesungguhnya ingin menanyakan seputar masalah keluarga. Tetapi begitu tiba di ruang dokter, sebelum menyampaikan keluhannya, sang dokter mengatakan bahwa ada sesuatu yang salah terhadap si anak. Putranya, menurut sang dokter, pernah mempunyai kesalahan yang membuat ibunya sakit hati. Sang anak tentu saja kebingungan. Begitu pula sang ibu, yang tahu-tahu diungkit peristiwa di masa lalu. Sang anak mencoba mengingat-ingat kembali peristiwa masa lampau. Sang ibu memang mengakui kalau ia dulu pernah sakit hati oleh tindakan anaknya. Hal itu terus membekas di hatinya menjadi goresan luka
batin, yang akhirnya teringat kembali saat itu juga.

Akhirnya, sang anak pun teringat akan kekilafannya. Ia menyesal dan menangis. Secara susah payah, sang anak berusaha bangkit dari kursi rodanya untuk bersimpuh di hadapan kaki ibunya meminta maaf. Ibunya, dengan berlinang air mata, secara tulus akhirnya memaafkan kesalahan putranya di masa lampau. Secara refleks, sang ibu mengangkat putranya berdiri untuk memeluk dan menciumnya. Ajaib, seketika itu juga sang anak dapat berdiri tanpa dibantu lagi oleh kursi roda. Sang ibu memang hanya memberikan maaf dengan tulus, tetapi efeknya sungguh luar biasa.

Kisah ini memang bertolak belakang dengan legenda Malin Kundang. Dimana sang Ibu menyumpah anaknya menjadi batu. Tak ada batu berbentuk manusia. Itulah logika yang paling benar dari cerita yang menyangkut hubungan ibu dan anak. Kisah Malin Kundang selama ini oleh beberapa pihak dinilai jauh dari cinta kasih seorang ibu yang sebenarnya. Walau begitu, tetap ada hikmah yang dapat dipetik dari legenda tersebut.

Sejatinya, Ibu mana yang tega melihat anaknya susah, apalagi menjadi batu sesuai dengan sumpahnya. Alamak, Ibu adalah pintu keluasan hati dan penuh maaf. Berkacalah pada ibu. Dia akan rela lebih menderita, ketimbang melihat anaknya yang kesusahan. Dia akan menyisihkan nasi yang ada untuk anaknya, walau ia sendiri lapar. Dia akan memakan
makanan yang bergizi agar janin dalam tubuhnya bisa tumbuh sehat. Seperti dalam bait lagu, 'hanya memberi, tak harap kembali.' Betul, tak pernah berharap mendapatkan balasan dari semua yang telah dilakukannya. Itulah makna dari memberi yang sesungguhnya.

Memberi? Betul, memberi. Makna dari sebuah pemberian memang besar artinya. Lantas, mengapa orang yang berkelimpahan enggan untuk memberikan sesuatu? Atau, mengapa orang enggan memberikan maaf? Karena mungkin ia berpikir, bila ia memberi kekayaan, pemberian itu akan habis begitu saja tanpa kembali. Atau mungkin ia berpikir, harga dirinya akan turun kalau ia memberikan maaf kepada orang yang menyakitinya. Padahal justeru sebaliknya. Semakin banyak memberi, akan lebih semakin banyak menerima. Kalau orang mengetahui kekuatan memberi, percayalah, akan banyak orang yang berlomba-lomba untuk memberikan segala sesuatunya.

Itulah mengapa, dalam setiap agama selalu diajarkan untuk memberikan sesuatu yang kita miliki. Selain diajarkan selalu memberikan kebajikan, juga kekayaannya. Umat Islam mengenal Zakat dan Sedekah. Umat Kristen Protestan mengenal perpuluhan, yaitu kewajiban untuk memberikan sepersepuluh dari pendapatannya kepada rumah Tuhan, dan Elemosune, yang dapat diterjemahkan dengan kata memberi sedekah. Umat Katholik mengenal Persepuluhan dan juga Sedekah. Umat Hindu mengenal Sedekah Dana Punia, yaitu pemberian yang dilakukan secara sukarela dan tulus ikhlas berupa materi. Sedangkan Buddha mengajarkan bagaimana menggunakan kekayaan yang telah dimiliki, yaitu bila ia perumah tangga yang baik, mengumpulkan harta dengan cara-cara baik, ia harus membantu sanak familinya, serta orang lain dalam empat bagian, juga dikenal Amisa Dana, yaitu memberikan bantuan dalam bentuk materi kepada yang membutuhkan.

Pemberian itu seyogianya dilakukan dengan ikhlas, diberikan pada tempat dan waktu yang tepat. Juga pemberian itu haruslah bertujuan mulia. Yang patut diingat, memberi tak harus berupa uang. Ia bisa berupa apa saja. Sekarang, tengoklah lemari pakaian Anda. Apa yang Anda lihat? Tentu saja sederetan pakaian yang Anda miliki. Nah, ambil sebanyak mungkin. Bila perlu semuanya, untuk kemudian Anda serahkan kepada mereka yang membutuhkannya, misalnya yayasan yatim piatu. Kalau merasa sayang, sisakan beberapa setel saja untuk Anda pakai dalam bekerja selama satu minggu atau untuk Anda pakai sehari-hari. Tak perlu banyak berpikir. Pakaian itu mungkin sudah ketinggalan jaman. Anda perlu memberi lagi yang baru.

Sebuah penelitian menunjukkan, dengan memberi terhadap sesama, membuat diri kita menjadi lebih bahagia. Hukum kekekalan energi mengatakan, tiada energi yang hilang bila dikeluarkan. Ia akan kembali dalam bentuk lain. Begitu pula soal kebaikan, apapun. Ia tak akan hilang walau Anda telah memberikannya. Bahkan Deepak Chopra dalam '7 Spiritual Law of Success' mencantumkan 'Law of Giving' sebagai hukum kedua untuk sukses.

Nah, mulai sekarang, banyak-banyaklah memberi. Memberi maaf. Memberi senyum. Memberi kebajikan. Memberi kemuliaan. Memberi materi. Dan sebaiknya, tak usah berharap dari semua pemberian yang telah Anda lakukan. Karena itulah kebahagiaan sesungguhnya yang didapatkan. Kebahagiaan memberi. Seperti yang dilakukan ibu terhadap kita: hanya memberi, tak harap kembali.

Sumber: Kekuatan Memberi oleh Sonny Wibisono, penulis, tinggal di Jakarta




♥ Surat dari Yesus






Surat dari Yesus Menjelang Natal





Sahabatku terkasih,

Seperti kalian ketahui, kita semakin dekat dengan hari ulang tahun-Ku.
Setiap tahun ada suatu perayaan khusus demi menghormati-Ku, dan Aku
pikir
tahun ini perayaan ini juga akan dirayakan.

Pada masa ini banyak orang berbelanja hadiah-hadiah, banyak iklan-iklan
di
radio dan televisi, dan di segenap penjuru dunia orang berbicara
mengenai
hari ulang tahun-Ku yang semakin menjelang.

Sungguh menyenangkan tahu bahwa, setidaknya setahun sekali, orang
berpikir
tentang Aku.

Seperti kalian tahu, perayaan hari ulang tahun-Ku dimulai bertahun-tahun
yang silam.

Pada awalnya, orang tampaknya mengerti dan mengucap syukur atas segala
yang telah Aku lakukan bagi mereka, tetapi pada masa sekarang, tak
seorang
pun tampaknya tahu alasan perayaan ini.

Sanak saudara, teman dan sahabat, berkumpul bersama dan bergembira ria,
tetapi mereka tak mengerti makna perayaan. Aku ingat, tahun lalu ada
suatu
perayaan besar demi menghormati-Ku. Meja perjamuan penuh dengan sajian
makanan yang lezat, kue-kue, buah-buahan, beraneka macam permen! dan
coklat. Dekorasinya sungguh indah menawan, dan ada banyak?banyak sekali
hadiah-hadiah yang dibungkus cantik.

Tetapi, adakah kalian tahu? Aku tidak diundang.

Aku adalah tamu kehormatan dan mereka bahkan tidak ingat untuk
mengirimi-Ku undangan.

Pesta itu untuk-Ku, tetapi ketika hari besar itu datang, Aku dibiarkan
di
luar; mereka menutup pintu di depan muka-Ku ? padahal Aku begitu ingin
bersama mereka, duduk dan makan bersama mereka.

Sesungguhnya, hal itu tidaklah mengejutkan-Ku, sebab beberapa tahun
belakangan ini, semuanya menutup pintu bagi-Ku. Karena tak diundang, Aku
memutuskan untuk ikut dalam pesta tanpa menarik perhatian. Aku masuk dan
berdiri di pojok.

Mereka semuanya minum-minum; sebagian bahkan mulai mabuk dan melontarkan
gurauan-gurauan dan menertawakan segala sesuatu. Sungguh, mereka
riang-ria
dalam pesta-pora.

Di puncak acara, seorang tua yang besar dan gendut berpakaian serba
merah,
berjanggung putih panjang, memasuki ruangan sembari berseru Ho-Ho-Ho!
Tampaknya ia mabuk. Ia duduk di atas sofa dan anak-anak berlarian
menyonsongnya, seraya berseru, ?Santa Claus, Santa Claus?; seolah pesta
ini untuknya!

Tengah malam semua saling berpelukan satu sama lain. Aku juga
merentangkan
tangan-Ku berharap seorang memeluk-Ku. Dan tahukah engkau, tak seorang
pun
datang untuk memberi-Ku pelukan.

Lalu, mereka mulai membagi-bagikan hadiah. Mereka membuka kado
masing-masing dengan penuh rasa ingin tahu. Ketika semuanya telah
mendapatkan bagian, Aku mencari-cari, mungkin, ada satu hadiah untuk-Ku.
Bagaimanakah gerangan perasaanmu ketika pada hari ulang tahunmu semua
orang saling berbagi hadiah sementara engkau sendiri tidak mendapatkan
apapun?

Sebab itu, Aku mengerti bahwa Aku tidak dikehendaki dalam pesta itu, dan
Aku pun meninggalkan pesta diam-diam.

Setiap tahun, keadaannya semakin parah. Orang hanya ingat hadiah, pesta,
makan dan minum; tak seorang pun ingat akan Aku.

Aku rindu Natal ini engkau membiarkan-Ku masuk dalam hidupmu.
Aku rindu engkau mengenali kenyataan bahwa lebih dari duaribu tahun yang
lalu, Aku datang ke dalam dunia demi memberikan nyawa-Ku bagi kalian, di
salib, demi menyelamatkan kalian.

Hari ini, Aku rindu kalian meyakini hal ini dengan segenap hati.

Aku rindu berbagi dengan kalian. Karena begitu banyak orang tak hendak
mengundang-Ku ke pesta mereka, maka Aku akan menyelenggarakan pesta-Ku
sendiri, suatu pesta agung seperti yang tak pernah dibayangkan orang,
suatu pesta yang spektakuler. Sekarang Aku sedang melakukan
persiapan-persiapan terakhir.

Hari ini Aku mengirimkan banyak undangan, juga untukmu. Aku rindu
mengetahui apakah engkau bermaksud datang. Aku akan menyediakan tempat
bagimu dan menuliskan namamu dengan huruf-huruf emas dalam buku tamu-Ku.

Hanya mereka yang ada dalam daftar tamu akan diundang ke pesta.

Mereka yang tidak menjawab undangan ini akan tinggal di luar.
Bersiaplah,
sebab ketika semuanya telah siap, engkau akan menjadi bagian dari pesta
agung-Ku.

Sampai jumpa. Aku mencintaimu!


Tertanda,
Yesus